LPTK Belum Menjadi Pusat Inovasi Guru
LPTK Belum Menjadi Pusat Inovasi Guru
Sekolah Laboratorium Menajamkan Kemampuan Calon Guru
JAKARTA , KOMPAS – Lembaga pendidikan tenaga kependidikan belum berkembang sebgai pusat inovasi imu pendidikan . Hal itu karena lembaga pendidikan tenaga kependidikan belum mengembangkan sekolah laboratorium yang baik sebagai sumber pembelajaran dosen dan calon
guru .
Ketua Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia Sunaryo Kartadinata mengatakan , jika pemerintah memeperkuat pendidikan kedokteran dengan manandai pendirian rumah sakit pendidikan , seharusnya lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) juga didukung dengan menyediakan fasilitas sekolah laboratorium (labhschool) . Sekolah laboratorium diberi kewenangan untuk berkembang sebagai pusat inovasi pendidikan dan guru .
“Sudah lama kami mendesak pemerintah supaya mendukung adanya fasilitas sekolah laboratorium yang harus dibina . LPTK dengan optimal . Ini sangat kami rindukan . Di tempat inilah inovasi pendidikan bisa dihasilkan . Pemikiran soal pendidikan dan guru dimutakhirkan , “ujar Sunaryo , yang juga Rektor Universitas Pendidikan Bandung , Jawa barat , Selasa (27/1) .
“Dosen di LPTK harus benar – benar paham menjadi guru , bukan sekadar berteori soal guru, “ ujar Sunaryo .
Keberadaan sekolah laboratorium penting dalam menajamkan kemampuan calon guru agar memahami permasalahan pendidikan yang terjadi di lapangan . Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Agus Sutiyono mengatakan , pembentukan rasa percaya diri guru melalui penguasaan materi materi dan keterampilan . Setalah itu , baru disusul dengan pengalaman balajar .
Di dalam proses mencari pengalaman , guru dianjurkan mengembangkan empati terhadap siswa dengan menggunakan ilmu pedagosis dan psikologis yang telah mereka pelajari . “Jadi , guru dan calon guru yang berpraktik di sekolah tidak sekadar mengajar . Mereka juga harus bisa mengajak orangtua ikut campur ikut andil dalam mendidik anak,” ujar Agus .
Praktik Lapangan
“Dalam praktik mengajar di sekolah laboratorium , calon guru dan guru pamong sama-sama menyimak cara mengajar sambil saling meberi masukan , “kata Kepala SMP Labhschool Rawamangun Ali Chudori di Jakarta , Selasa (27/1) . Setiap semester , SMP Labhschool Rawamangun menerima maksimal 20 calon guru untuk magang mengajar .
Praktik mengajar yang dikenal dengan nama program Pendidikan Profesi Guru (PPG) itu hanya boleh diikuti calon guru yang sudah belajar sarjana . Tujuan mengikuti PPG selama satu semester adalah mendapatkan sertifikat mengajar . “Dulu , PPG diikuti mahasiswa program studi ilmu kependidikan . Hasilnya tak maksimal karena pikiran mereka belum fokus 100 persen ke mengajar . Masih banyak yang menganggap PPG sekadar syarat lulus , “ tutur Ali .
Sejak tahun 2013 , syarat pengambilan PPG diubah hanya untuk orang – orang yang sudah lulus kuliah dan serius ingin menjadi guru . Hasil yang dicapai lebih maksimal sebab para calon guru serius saat magang .
Pada kesempatan terpisah , Kepala Pengembang Pendidikan Labhschool Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta Masribi mengatakan , persiapan dalam pembentukan calon guru difokuskan dalam penguasaan materi pelajaran , keterampilan , dan pemahaman psikologis siswa . “Kalau tiga aspek itu dikuasai calon guru , apa pun kurikulumnya , tak menjadi persoalan,” katanya . (ELN/DNE)
sumber : http://www.pgri.or.id/berita-pendidikan/berita-pendidikan